Jumat, 11 November 2016

BIMBINGAN KLASIKAL   SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN  PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING  BAGI SISWA DI SMA N 1 KEDUNGREJA TAHUN 2016/2017

SUPARMI, S.Pd
Alamat email: suparmi7467@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang timbulnya masalah yaitu program BK dan layanan BK dilaksanakan tidak proporsional. Kesenjangan antara seharusnya dengan fakta pelaksanaan di sekolah cukup besar, sehingga menimbulkan masalah. Rumusan masalah (1) Bagaimanakah Bimbingan Klasikal  bisa menyelaraskan program layanan BK di sekolah antara layanan dasar, peminatan dan perencanaan individual, resposif, dukungan sistem, sehingga berdampak meningkatnya kinerja guru BK? (2) Bagaimanakah Bimbingan Klasikal  dapat meningkatkan mutu layanan dan memotivasi guru BK SMA Negeri 1 Kedungreja dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok? Penyelesaian masalah menggunakan strategi tatap muka atau bimbingan klasikal. Tujuan yang pertama untuk menyelaraskan program layanan BK di sekolah antara layanan dasar, peminatan dan perencanaan individual, resposif, dukungan sistem, sehingga berdampak meningkatnya kinerja guru BK. Tujuan yang kedua, untuk meningkatkan mutu layanan dan memotivasi guru BK SMA Negeri 1 Kediungreja  dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok. Manfaat karya ini adalah keberadaan BK di sekolah semakin dipercaya oleh pengguna jasa, dan guru BK semakin profesional. Langkah penyelesaian masalah dengan pendekatan kolaborasi, yaitu Guru Bimbingan Konseling bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran dalam hal ini Guru TIK. Hasilnya dibahas, dan dipahami kelemahannya, kemudian ditindaklajuti. Kondisi setelah Bimbingan Klasikal  menghasilkan sikap kemandirian guru BK, lebih percaya diri, sikap terbuka guru BK terhadap kritik saran dari orang lain. Peserta didik pada umumnya merasa tertarik mengikuti bimbingan Klasikal. Kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih empat bulan mulai bulan Juli  sampai dengan Oktober 2016. Mendapat dukungan dan bantuan dari Kepala Sekolah dan Guru . Data diperoleh melalui studi dokumen dan observasi. Kemudian dianalisis dengan cara membandingkan, dan menghitung nilai. Hambatan yang muncul adalah soal menejemen waktu serta persepsi warga sekolah tetapi semua dapat diatasi dengan baik. Hasil kerja Kepala Sekolah ditunjukkan semakin selaras dan seimbangnya program BK dan semakin berkualitasnya kegiatan bimbingan dan Konseling di Sekolah . Rencana pengembangan melalui penciptaan model bimbingan klasikal siswa teman sebaya. Simpulannya adalah program BK menjadi seimbang, selaras, dan layanan BK lebih bermutu, terutama layanan bimbingan klasikal. Rekomendasi atau saran yang diajukan adalah diadakan Presentasi dengan teknik PPt oleh siswa / Bimbingan Kelompok Teman sebaya.  Yang kedua, disarankan pengembangan layanan BK yang lain sehingga semua layanan BK akan menarik dan menyenangkan serta berdaya guna tinggi bagi upaya memandirikan siswa.

Kata Kunci: Bimbingan Klasikal ; Bimbingan Kelompok; Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling .


I.            PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Timbulnya Masalah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014. Program pelayanan bimbingan dan konseling seharusnya meliputi (a) layanan dasar, (b) layanan peminatan dan perencanaan individual, (c) layanan responsif, dan (d) dukungan sistem. Program BK yang dilaksanakan oleh Guru BK SMA Negeri 1 Kedungreja belum proporsional atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan menteri tersebut. Data hasil evaluasi Program BK SMA Negeri 1 Kedungreja disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1: Perbandingan Proporsi Program BK

Komponen Program BK
Perbandingan
Seharusnya *)
Pelaksanaan
**)
Kesenjangan
Layanan dasar 
20%
10%
Ada -10%
Layanan peminatan dan perencanaan individual
30%
50%
Ada +20%
Layanan responsif
35%
25%
Ada -10%
Dukungan sistem
15%
5%
Ada -10%
*) Program BK dalam permendikbud 111/2014
**)Hasil supervisi dan monitoring Pengawas BK semester 1 tahun 2014/2015

Memperhatikan data tabel 1, dapat diperoleh gambaran bahwa program BK rata-rata belum sesuai ketentuan. Faktanya layanan responsif masih sangat kurang (-25%). Demikian juga Layanan dasar (-15%) dan dukungan sistem (-10%). Namun, ada satu program yang berlebihan yaitu program peminatan dan perencanaan individual (+ 50%). Dengan demikian, kegiatan guru BK lebih banyak pada pelaksanaan program peminatan dan perencanaan individual
Di samping itu, kegiatan layanan BK meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, konseling kelompok, bimbingan kelompok, mediasi, dan konsultasi. Sembilan jenis layanan belum terlaksana secara merata.
Alasan Guru BK belum melaksanakan layanan bimbingan kelompok antara lain: (1) Kurang percaya diri, (2) layanan yang lain dengan pendekatan individual dan klasikal serta strategi menasehati lebih sederhana dan mudah dilaksanakan. 
Data rata-rata frekuensi pelaksanaan jenis layanan BK disajikan pada tabel 2 berikut:
Tabel 2: Rata-rata Frekuensi layanan BK semester 1
SMA Kabupaten Cilacap

No
Jenis layanan BK di sekolah
Rata-rata Frekuensi**)
1
Layanan Orientasi
3
2
Layanan Informasi
60
3
Layanan Penempatan dan Penyaluran
40
4
Layanan Penguasaan Konten
3
5
Layanan Konseling Perorangan/ individual
10
6
Layanan Bimbingan Kelompok
2
7
Layanan Konseling Kelompok
0
8
Layanan Konsultasi
20
9
Layanan Mediasi
1
**) Hasil Evaluasi  Kepala Sekolah kepada Guru  BK Smt. 1 tahun 2016/2017

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diperoleh gambaran bahwa layanan bimbingan kelompok dalam satu semester rata-rata hanya 2 kali. Ini merupakan kondisi yang sangat kurang. Padahal kegiatan bimbingan kelompok menyangkut topik-topik yang sangat luas, dan penting dalam upaya membantu peserta didik menyesuaikan diri dan melaksanakan tugas perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang timbulnya masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah Tumpengan (Tukar menukar pengalaman) dapat menyelaraskan program layanan BK di sekolah antara layanan dasar, peminatan dan perencanaan individual, resposif, dukungan sistem, sehingga berdampak meningkatnya kinerja guru BK?
2.      Bagaimanakah Tumpengan (Tukar menukar pengalaman) dapat meningkatkan mutu layanan dan memotivasi guru BK SMA Kabupaten Cilacap dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok?

C.     Pendekatan Penyelesaian Masalah
Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah adalah pendekatan kolaboratif yaitu melalui supervisi kunjungan kegiatan BK di sekolah oleh pengawas. Dalam supervisi tersebut dilakukan dengan pendekatan tukar menukar pengalaman atau Tumpengan melaksanakan bimbingan kelompok. Teknik yang digunakan teknik supervisi kelompok guru BK setiap sekolah yang dikunjungi. Kegiatannya adalah baik pengawas maupun para guru BK praktek memimpin bimbingan kelompok, lalu dilanjutkan diskusi kelompok.

D.     Tujuan 
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui bagaimana Tumpengan (Tukar menukar pengalaman) bisa menyelaraskan program layanan BK di sekolah antara layanan dasar, peminatan dan perencanaan individual, resposif, dukungan sistem, sehingga berdampak meningkatnya kinerja guru BK.
2.      Mengetahui bagaimana Tumpengan (Tukar menukar pengalaman) dapat meningkatkan mutu layanan bimbingan kelompok dan memotivasi guru BK SMA. 

E.     Manfaat
1.      Program BK di sekolah terutama SMA Kabupaten Pati akan lebih dipercaya dan disukai peserta didik, guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, karena kegiatannya banyak dan variatif.
2.      Guru BK SMA Kabupaten Pati semakin profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terutama dalam layanan bimbingan kelompok.

II.            PEMBAHASAN MASALAH
A.     Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
Setelah masalah dapat diidentifikasi dan diketahui penyebabnya, maka dilakukan penyelesaian masalah. Adapaun penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 
1.      Menyusun rencana penyelesaian masalah berupa rencana pengawasan akademik bimbingan dan konseling. (RPA-BK).
2.      Koordinasi dan sosialisasi dalam forum musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK) SMA. bersifat in service 1.
3.      Supervisi kunjungan Bimbingan dan konseling ke sekolah sasaran selama satu hari dimulai pukul 08.00. Kegiatannya meliputi,
a.       Memeriksa administrasi pengelolaan BK di sekolah sasaran. Tujuannya untuk mengetahui pelaksanaan layanan BK di sekolah secara keseluruhan, dan proporsi frekuensi kegiatan setiap jenis kegiatan layanan.
b.      Pengawas mendampingi guru BK membentuk kelompok untuk Bimbingan Kelompok.c.       Kegiatan Tumpengan (tukar menukar pengalaman) dimulai dari pengalaman pengawas melaksanakan bimbingan kelompok. Kegiatan ini diobservasi oleh Guru BK.d.      Kegiatan Tumpengan (tukar menukar pengalaman) dari pengalaman Guru melaksanakan bimbingan kelompok dan diamati oleh Pengawas SMA.e.       Diskusi umpan balik setelah pengawas SMA dan Guru BK SMA mengadakan Tumpengan (Tukar menukar pengalaman).f.       Pengawas SMA menciptakan inovasi bimbingan kelompok teman sebaya sebagai hasil pengembangan Tumpengan (Tukar menukar pengalaman).  Sebagai pemimpin kelompok adalah teman sebaya atau sesama siswa bukan guru.g.       Mengkomunikasikan hasil supervisi yang dilakukan oleh pengawas dalam forum Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK). in service ke-2 


B.     Dampak dari Tukar Menukar Pengalaman (TUMPENGAN)
        Kondisi sebagai dampak dari strategi Tumpengan (Tukar menukar pengalaman) dalam pembimbingan terhadap guru BK dalam melaksanakan bimbingan kelompok dapat dideskripsikan sebagai berikut: 
1.      Koordinasi dan sosialisasi Tumpengan (in service 1) yaitu Hari Selasa, 7 Januari 2014, di SMA N 1 Batangan. Dengan kegiatan penjelasan tentang TUMPENGAN. Pembahasan hasil supervisi pengawas pada semester gasal Tahun pelajaran 2014/2015, dan rencana tindak lanjut kegiatan pengawasan pada semester genapSemua guru BK setuju dengan ide pengawas untuk supervisi dengan isi kegiatan tukar menukar pengalaman (Tumpengan).
2.      Monitoring administrasi BK di sekolah oleh pengawas ditanggapi secara terbuka oleh guru BK. Aspek yang dimonitor berkenaan dengan frekuensi layanan, dan himpunan data. Guru BK yang dimonitor kurang berhasil dalam program dukungan sistem, yaitu pengolahan data.  .
3.      Ketika guru BK mempersiapkan kelompok untuk kegiatan bimbingan kelompok, pengawas ikut mendampingi guru tersebut. Hal itu membuat guru BK merasa lebih percaya diri. 
4.      Ketika kegiatan tukar menukar pengalaman (Tumpengan) pengawas tampil lebih dahulu dalam memimpin kegiatan bimbingan kelompok. 2 orang Guru BK mengamati penampilan pengawas SMA dengan instrumen yang telah disediakan. Mereka cenderung membenarkan semua tindakan pengawas. Tetapi pengawas mengajak untuk terbuka dan berani mengutarakan kekurangan pengawas saat tampil membawakan bimbingan kelompok. 
5.      Setelah selesai penampilan bimbingan kelompok yang dipimpin oleh pengawas kelompok peserta diberi angket penilaian. Demikian juga para pengamat dari guru BK menyerahkan hasil pengamatan, dilanjutkan pembahasan. Kegiatan ini dipertimbangkan oleh peserta maupun guru BK sebagai hal yang baru. Alasannya kegiatan layanan selama ini tidak terkontrol oleh pihak ketiga.
6.      Selanjutnya adalah penampilann guru BK memimpin bimbingan kelompok dengan kelompok yang lain atau kelompok yang tidak sama. Diamati oleh pengawas sekolah dan satu guru BK. Dampak yang timbul dari situasi ini adalah guru dan siswa semakin kreatif dalam melaksanakan bimbingan kelompok.
7.       Setelah selesai penampilan bimbingan kelompok yang dipimpin oleh Guru BK kelompok peserta diberi angket penilaian. Demikian juga para pengamat dari pengawas dan satu guru BK menyerahkan hasil pengamatan, dilanjutkan pembahasan. Kegiatan ini sudah yang kedua kalinya sehingga pembahasan lebih intensif terhadap penampilan Guru BK dalam memimpin bimbingan kelompok.
8.      Tumpengan di ruang khusus sudah selesai, maka peserta didik kembali ke kelas mengikuti pembelajaran mata pelajaran. Sedangkan pengawas bersama dengan Guru-guru BK berada di ruang BK mengadakan diskusi tindak lanjut hasil tumpengan.Ide pengawas ditanggapi dengan kesungguhan hati yaitu merancang inovasi layanan bimbingan kelompok teman sebaya atau kegiatan bimbingan kelompok yang dipimpin oleh teman siswa sendiri. Guru BK dan pengawas merasa ada tanggung jawab profesi yang mantap, dan akan membahasnya dalam forum MGBK.
9.      Pertemuan MGBK berikutnya dirancang khusus untuk melihat penampilan pengawas dalam membawakan inovasi tentang bimbingan kelompok teman sebaya. Kemudian membahas penerapannya pada seluruh SMA di Kabupaten Cilacap i. Hal ini disambut sangat antusias oleh semua Guru BK SMA se-Kabupaten Cilacap.

C.     Instrumen Penyelesaian Masalah
1.      Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data meliputi:
a.       Studi dokumentasi, untuk memperoleh data tentang frekuensi kegiatan yang dilakukan oleh guru BK di sekolah melalui lembar monitoring administrasi BK. Ada 2 jenis instrumen yang digunakan yaitu, (1) untuk administrasi BK dan (2) untuk mengetahui frekuensi layanan yang dilakukan.
b.      Alat observasi, digunakan untuk mengamati aspek-aspek kegiatan layanan bimbingan kelompok.
2.      Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara menurut jenis data dan kegiatannya.
a.       Data hasil monitoring administrasi pelaksanaan kegiatan layanan BK dengan memprosentase.
b.      Data yang diperoleh melalui layanan kegiatan bimbingan kelompok berupa skoring skala 1 s.d 4 diberi pembobotan. 
Tabel. 3. Pedoman Penilaian Bimbingan Kelompok

Tahap kegiatan BKp (jumlah indikator)
Jumlah indikatorX4
Skor perolehan : skor maksimal
Skor tiap tahap
Bobot
Pembentukan (7)
7 x 4 = 28
28 : 28 X 100
100
20%X100= 20
Peralihan (4)
4 x 4 = 16
16 : 16 X 100
100
10%X100= 10
Kegiatan (7)
7 x 4 = 28
28 : 28 X 100
100
50%X100= 50
Pengakhiran (7)
7 x 4 = 28
28 : 28 X 100
100
20%X100= 20
Jumlah NIlai Akhir
100

D.     Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu
1.      Kegiatan koordinasi dan sosialisasi Tumpengan (in service 1) yaitu Selasa, 7 Januari 2014, di SMAN 1 Batangan.
2.      Kegiatan TUMPENGAN dilaksanakan dengan jadwal sbb:
Tabel. 4. Jadwal TUMPENGAN di 10 SMA
Nama SMA tempat Tumpengan
Hari, Tanggal
Jumlah Guru BK
SMAN 1 Kedungreja
Selasa, 21 Januari 2014
2 orang
SMAN 1 Ciparii
Selasa, 28 Januari 2014
4 orang
SMAN 1 Majenang
Selasa, 4 Februari 2014
2 orang
SMA Nasional 
Selasa, 11 Februari 2014
1 orang




Memperhatikan tabel 4, hari supervisi pengawas ke sekolah untuk kegiatan Tumpengan cenderung Hari Selasa, karena hari itu merupakan hari MGBK yang telah disepakati oleh MKKS SMA KabupatenCilacap
3.      Pertemuan MGBK pada Hari Selasa, 6 Mei 2014, di SMA N 1 Kedungreja Cilacap (in service 2). Kegiatan membahas hasil supervisi kunjungan BK khusus tumpengan bimbingan kelompok, dan tindak lanjut.
4.      Pihak yang membantu penyelenggaraan kegiatan ini adalah MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMA Kabupaten Cilacap
E.     Hambatan dalam Penyelesaian Masalah
1.      Kunjungan supervisi/ kegiatan Tumpengan
a.       Hambatan:
Pada waktu kegiatan Tumpengan di sekolah- sekolah saat pagi hari umumnya guru BK tidak seluruhnya dapat secara langsung mengikuti kegiatan. Mereka harus bergantian untuk mengikuti kegiatan ini. Guru BK harus sebagian menjalankan tugas sehari-hari melayani peserta didik di ruang BK.
b.      Penyelesaian masalah:
Hambatan dapat diatasi dengan cara meminta kesepakatan dan kesepahaman kepala sekolah agar diberi waktu untuk bersama-sama seluruh guru BK mengikuti kegiatan Tumpengan setelah pukul 11 siang s.d pukul 14.00. Sedangkan pukul 08.00 s.d 11 untuk administrasi  BK. Hal ini disepakati oleh kepala sekolah dan guru-guru BK yang ada di sekolah itu.
2.      Persepsi antara pengawas dan Guru BK dalam Tumpengan.
a.       Hambatan:
Persepsi guru BK terhadap pengawas BK adalah sebagai orang yang serba terampil dalam layanan BK dan serba bisa. Ini  adalah persepsi yang kurang tepat, walaupun Persepsi seperti ini juga tidak negatip karena sebagian bisa menjadi motivasi, dan sebagian lagi bisa menjadi hambatan terhadap guru BK itu sendiri. Positipnya persepsi semacam itu adalah mendorong timbulnya kepercayaan penuh Guru kepada pembimbingnya yaitu pengawas. Dengan rasa percaya bahwa pembimbingnya mampu, maka ilmu dapat ditranfer. Negatipnya persepsi yang demikian itu kalau terlalu mendalam dapat menyebabkan ketergantungan guru dan tidak berkembangnya kreatifitas orang. 
b.      Penyelesaian masalah:
Hambatan dapat diatasi dengan cara pengawas memberi penguatan positip terhadap tukar pengalaman Guru BK saat tampil mempimpin bimbingan kelompok. Kekurangan-kekurangan yang ada pada guru BK dibetulkan dengan contoh-contoh dari pengawas, kemudian memperhatikan penampilan kawan sejawat guru BK yang lain di sekolah itu, dan pembahasannya. Melalui proses ini, guru BK yang merasa kurang akan timbul kepercayaan untuk berkreasi. 
3.      Persepsi  warga sekolah termasuk kepala sekolah dan guru mata pelajaran tentang BK
a.       Hambatan:
Persepsi warga sekolah termasuk kepala sekolah tentang kegiatan Guru BK sampai dengan kunjungan supervisi pengawas khusus BK, masih menganggap bahwa tugas BK yang paling penting adalah melayani konsultasi siswa tentang perguruan tinggi sebagai alternatif studi lanjut. Kemudian guru BK mempunyai tugas pokok mengatasi siswa bermasalah saja. Format layanan BK dikira hanya pelayanan individual dan klasikal. Mereka masih belum paham bahwa layanan BK ada format kelompok.
b.      Penyelesaian masalah:
Pengawas mengundang kepala sekolah dan beberapa guru Mapel yang sedang tidak mengajar untuk melihat tampilan layanan bimbingan kelompok pada acara Tumpengan. Hasilnya sangat menggembirakan karena akhirnya mereka memahami layanan BK banyak jenisnya.

III.              HASIL PENYELESAIAN MASALAH DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN
A.     Hasil Penyelesaian Masalah
Hasil supervisi akademik dan monitoring pelaksanaan kegiatan layanan BK di sekolah semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, dengan strategi tukar menukar pengalaman arau Tumpengan antara pengawas dan guru BK, pelaksanaan program BK lebih seimbang atau proporsional. Padahal jika diperhatikan kondisi awal sebelum Tumpengan dilaksanakan oleh Pengawas SMA, maka program perencanaan individual paling banyak proporsinya. Sedangkan program layanan dasar masih sangat kurang. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu dari 9 layanan BK termasuk dalam program layanan ini.
Hal itu merupakan dampak dari tukar menukar pengalaman (Tumpengan). Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling di sekolah-sekolah setelah diadakan supervisi pengawas dengan strategi Tumpengan atau tukar menukar pengalaman antara pengawas SMA dengan para guru BK di sekolah, maka layanan bimbingan konseling tersebut meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini tidak terkecuali juga meningkatnya kualitas layanan bimbingan kelompok.
Dalam waktu 1 semester yaitu selama semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata layanan orientasi 3 kali menjadi 4 kali, layanan informasi awalnya 60 kali menjadi 25 kali (tidak berlebihan), penempatan dan penyaluran dari 40 kali menjadi 20 kali, penguasaan konten dari 3 menjadi 2 kali, konseling perorangan dari 10 kali menjadi 30 kali, bimbingan kelompok dari 2 kali meningkat menjadi 20 kali, konseling kelompok dari 0 menjadi 1 kali, konsultasi dari 20 menjadi 24 kali, mediasi dari 1 kali menjadi 4 kali..
Peningkatan kualitas atau mutu layanan bimbingan kelompok diketahui melalui penilaian segera (laiseg). Baik penilaian secara deskriptif melalui angket maupun pemberian nilai dan membuat rata-rata. Mutu layanan bimbingan kelompok yang diambil dari nilai rata-rata menghasilkan angka 90.

B.     Alternatif Pengembangan
Berdasarkan hasil penyelesaian masalah maka penulis mengajukan rencana pengembangan untuk kegiatan bimbingan dan konseling (BK) pada semester-semester berikutnya adalah sebagai berikut:
1.      Menciptakan model bimbingan kelompok teman sebaya. Pengawas merencanakan untuk pengembangan bimbingan kelompok kawan sebaya. Setelah mendapat pembimbingan secara intensif oleh pengawas, maka kegiatan ini akan dilombakan antar SMA se-Kabupaten Pati.
2.      Kegiatan tukar menukar pengalaman (TUMPENGAN) antara pengawas BK SMA dengan Guru BK dan antar Guru BK, akan dikembangkan untuk layanan BK yang lain, yang meliputi:
a.       Tumpengan layanan orientasi
b.      Tumpengan layanan informasi
c.       Tumpengan layanan penempatan dan pemyaluran.
d.      Tumpengan layanan penguasaan konten.
e.       Tumpengan layanan konseling perorangan/ individual.
f.       Tumpengan layanan konseling kelompok.
g.       Tumpengan layanan konsultasi.
h.      Tumpengan layanan mediasi.

IV.            SIMPULAN DAN SARAN
A.     Simpulan
Bedasarkan uraian tentang hasil penyelesaian masalah maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1.      Supervisi kunjungan BK dengan strategi Tumpengan (tukar menukar pengalaman) antara pengawas SMA dengan para guru BK telah berhasil menyelaraskan program layanan BK di sekolah antara layanan (1) dasar, (2) peminatan dan perencanaan individual, (3) resposif, (4) dukungan sistem, sehingga berdampak meningkatnya kinerja guru BK.
2.      Berdasarkan hasil Tumpengan (tukar menukar pengalaman) dalam melaksanakan kegiatan layanan antara pengawas SMA dengan para guru BK SMA se-Kabupaten Pati, maka dapat meningkatkan mutu layanan bimbingan kelompok. Guru-guru BKSMA Kabupaten Pati lebih bersemangat dan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok karena kepercayaan atas kemampuan sendiri telah berkembang.

B.     Saran
Sehubungan dengan simpulan, maka saran yang perlu dilaksanakan oleh terutama para guru BK adalah sebagai berikut:
1.      Setiap bulan membuat laporan pelaksanaan program BK, sehingga program BK terarah, selaras dan proporsional.
2.      Meningkatkan kegiatan layanan BK tidak hanya terfokus satu jenis layanan tetapi variasi kegiatan dan format kegiatan perlu diperhatikan.
3.      Mengikuti lomba kegiatan bimbingan kelompok teman siswa sebaya.

DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Alih Bahasa, E. Koeswara). Bandung: PT Eresco.
Ismara. 2008. 500 Ragam Permainan Pusat Konseling Trauma. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 
Jacobs, Harvill, Masson. 1993. Group Counseling. Strategies and Skills. Second Edition. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company.
_______. 2014. Perarutran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014. Bimbingan dan Konseling Pada pendidikan dasar dan Menengah.Jakarta: Kemdikbud RI. 
_______. 2013. Perarutran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013. Lampiran IV. Implementasi Kurikulum. Pedoman umum Pembelajaran.Jakarta: Kemdikbud RI.
Kaplan I dan Orlando D. 1998. Panduan Konseling Trauma. Penerjemah Myra Diarsi. Victorian Foundation for Survivors of Torture. Australia-Indonesia Institute (AII).
Mohamad Surya. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy.
Mungin Eddy Wibowo. 2001. Layanan Konseling Perorangan. Balai Penataran Guru. Semarang.
Prayitno. 2004. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Prayitno.1988. Konseling Panca Waskita. Kerangka Konseling Eklektik. Padang: Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Padang.
Sahardjo, H. 2006. Konseling Krisis dan Terapi Singkat, pertolongan di saat-saat sulit. Bandung: Pioner Jaya.
Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset.